Karya tulis yang berjudul “Ayat Ayat Cinta” dan “Sengsara
Membawa Nikmat” ini telah disahkan oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Pada tanggal …….…..,…………………..………, 2015.
Di Sahkan Oleh Mengetahui
Guru Mata Pelajaran B.Indonesia
Dian Suhermina. S.Pd (…………………………………………………..)
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME. Karena atas
izin dan kuasaNya lah kami bisa menyelesaikan karya ilmiah ini, yakni berupa
makalah dengan judul “Perbandingan 2 Novel”
Dalam penyusunan makalah ini, kami mengalami berbagai
hambatan, namun hambatan itu bisa kami lalui karena pertolonganNya dan berbagai
pihak lainnya. Oleh karena itu, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak
yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga
dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan
dengan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi seluruh
pembaca.
Bandung, 3 Maret 2015
Penulis.
Motto :
“Tidak akan berprestasi bila tidak disiplin”
“Tidak ada masalah yang tidak
bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya.”
“Jenius adalah 1 % inspirasi dan
99 % keringat. Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras.”
Jika karya kami bernilai ibadah dan berpahala, maka nilai
pahalanya selain untuk kami, kami persembahkan kepada:
-Pihak pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini
-Orang tua kami
-Penulis novel Ayat Ayat Cinta dan novel Sengsara Membawa
Nikmat
-Guru kami Bu Dian Suhermina S.pd
Daftar
Isi
Halaman
Pengesahan………………………………………………………………………………………………………………… 1
Kata
Pengantar…………………………………………………………………………………………………………………………. 2
Motto…………………………………………………………………………………………………………………………............... 3
Persembahan…………………………………………………………………………………………………………………………… 4
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………………………………………………… 5
Bab I
Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………………… 6
I.I Latar
belakang…………………………………………………………………………………………………………… 6
I.2 Tujuan
Penulisan…………………………………………………………………………………………………….. 6
I.3 Ruang
Lingkup………………………………………………………………………………………………………… 6
I.4 Sumber
Data…………………………………………………………………………………………………………… 7
I.5 Metode
Penulisan………………………………………………………………………………………………….. 7
Bab II
Pembahasan………………………………………………………………………………………………………….. 7
II.I Keadaan Fisik
Buku………………………………………………………………………………………………. 7
II.2
Sinopsis……………………………………………………………………………………………………………….. 8
II.3 Perbandingan 2 Novel dalam
Unsur Intrinsik………………………………………………………. 14
II.3. I Tema………………………………………………………………………………………………………….. 14
II.3. 2 Tokoh……………………………………………………………………………………………………….. 14
II.3. 3 Watak / Karakter……………………………………………………………………………………… 15
II.3. 4 Alur…………………………………………………………………………………………………………… 15
II.3. 5 Setting /
Latar………………………………………………………………………………..…………` 15
II.4 Perbandingan 2 Novel dalam
Unsur Ekstrinsik…………………………………………………… 17
II.4. I Bahasa……………………………………………………………………………………………………….. 17
II.4. 2 Adat Istiadat……………………………………………………………………………………………… 17
II.4 3 Ekonomi……………………………………………………………………………………………………. 17
II.4 4 Agama………………………………………………………………………………………………………. 17
Bab III Penutup……………………………………………………………………………………………………………….. 18
III.1
Saran…………………………………………………………………………………………………………… 18
Daftar
Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………. 19
BAB I. Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu
pelajaran yang menarik. Pelajaran ini memiliki aspek yaitu
mendengarkan,membaca,menulis, dan apresiasi sastra. Kelima aspek tersebut
sangatlah menarik khususnya membaca. Banyak orang bahkan setiap orang dapat
membaca, namun tidak di damping dengan pemahaman bacaan tersebut. Oleh karena
itu, kita perlu meningkatkan minat baca. Karena, dengan kita sering membaca
kita akan semakin lancar membaca dan mudah memahami bacaan apapun yang kita
baca. Contohnya dalam membuat karya tulis sederhana ini, kita menggunakan aspek
membaca, menulis dan apresiasi satra. Karena terlebih dahulu kita membaca karya
sastra yaitu novel dan membuatnya menjadi sebuah karya tulis sederhana.
Kami menggunakan Novel yang berjudul “SENGSARA
MEMBAWA NIKMAT” karya Tulis Sutan Sati dan “AYAT AYAT CINTA” karya
Habiburrahman El Shirazy, sebagai bahan untuk dijadikan suatu karyatulis
sederhana. Dari sekian banyak novel, kami memilih novel tersebut dengan alasan novel ini memuat banyak
pengetahuan dan amanat yang dapat kita petik.
I.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kami
menyusun karya tulis sederhana ini adalah :
Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan antara novel klasik dan novel
masa kini
Menambah wawasan dalam membuat suatu karya tulis sederhana, dan
Untuk memenuhi tugas praktek Bahasa Indonesia
I.3 Ruang Lingkup
Adapun batasan batasan
dari penyusun karya tulis sederhana ini sebagai bagian dari ruang lingkup isi
karya tulis sederhana ini adalah sebagai berikut :
a)
Keadaan fisik buku.
b)
Synopsis (ringkasan cerita)
c)
Unsur intrinsik
d)
Unsur
ekstrinsik
I.4 Sumber Data
Dalam pembuatan
karya tulis sederhana ini dimbil dari novel yang berjudul “Sengsara Membawa
Nikmat” karya Tulis Sutan Sati pada tahun 1997 dan penerbit Balai Pustaka, dan
novel yang berjudul “Ayat Ayat Cinta” karya Habiburrahman EL Shirazy pada tahun
2008 dan penerbit Republika. Dalam makalah ini kami dibimbing oleh guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia
I.5 Metode Penulisan
Metode yang
kami gunakan dalam karya tulis sederhana yang kami buat dengan cara membaca
novel secara berulang ulang, serta dengan memahami apa yang ada dalam novel
tersebut.
BAB II. Pembahasan
II.1 Keadaan Fisik Buku
Novel 1
Judul :
Keadaan Fisik Buku
Penulis :
Tulis ST Sati
Penerbit :
Balai Pustaka
Tahun Pertama Terbit : 1929
Jumlah Halaman :
192
Novel 2
1.
Judul buku :
Ayat Ayat Cinta
2.
Nama pengarang :
Habiburrahman El Shirazy
3.
Tempat penerbitan buku :
Jakarta, Penerbit Republika
4.
Tahun penerbitan :
2004
5.
Tebal buku :
20, 5 x 13, 5 cm
6.
Jumlah halaman
: 420 halaman
II. Sinopsis/Rangkuman 2 Novel
II.1 Sinopsis Novel Klasik
Seorang pemuda bernama Kacak, karena merasa
Mamaknya adalah seorang Kepala Desa yang dikuti, selalu bertingkah angkuh dan
sombong. Dia suka ingin menang sendiri. Kacak paling tidak senang melihat orang
bahagia atau yang melebihi dirinya. Kacak kurang disukai orang-orang kampungnya
karena sifatnya yang demikian. Beda dengan Midun, walaupun anak orang miskin,
namun sangat disukai oleh orang-orang kampungnya. Sebab Midun mempunyai
perangai yang baik, sopan, taat agama, ramah serta pintar silat. Midun tidak
sombong seperti Kacak.
Karena Midun banyak disukai orang,

maka Kacak begitu iri dan dengki pada Midun. Kacak sangat
benci pada Midun. Sering dia mencari kesempatan untuk bisa mencelakakan Midun,
namun tidak pernah berhasil. Dia sering mencari gara-gara agar Midun marah
padanya, namun Midun tak pernah mau menanggapinya. Midun selalu menghindar
ketika diajak Kacak untuk berkelahi. Midun bukan takut kalah dalam berkelahi
dengan Kacak, karena dia tidak senang berkelahi saja. Ilmu silat yang dia
miliki dari hasil belajarnya pada Haji Abbas bukan untuk dipergunakan berkelahi
dan mencari musuh tapi untuk membela diri dan mencari teman.
Suatu hari istri Kacak terjatuh dalam sungai.
Dia hampir lenyap dibawa arus. Untung waktu itu Midun sedang berada dekat
tempat kejadian itu. Midun dengan sigap menolong istri Kacak itu. Istri Kacak
selamat berkat pertolongan Midun. Kacak malah balik menuduh Midun bahwa Midun
hendak memperkosa istrinya. Air susu dibalas dengan air tuba. Begitulah Kacak
berterima kasih pada Midun. Waktu itu Midun menanggapi tantangan itu. Dalam
perkelahian itu Midun yang menang. Karena kalah, Kacak menjadi semakin marah
pada Midun. Kacak melaporkan semuanya pada Tuanku Laras. Kacak memfitnah Midun
waktu itu, rupanya Tuanku Laras percaya dengan tuduhan Kacak itu. Midun
mendapat hukuman dari Tuanku Laras.
Midun diganjar hukuman oleh Tuanku Laras, yaitu
harus bekerja di rumah Tuanku Laras tanpa mendapat gaji. Sedangkan orang yang
ditugaskan oleh Tuanku Laras untuk mengwasi Midun selama menjalani hukuman itu
adalah Kacak. Mendapat tugas itu, Kacak demikian bahagia. Kacak memanfaatkan
untuk menyiksa Midun. Hampir tiap hari Midun diperlakukan secara kasar. Pukulan
dan tendangan Kacak hampir tiap hari menghantam Midun. Juga segala macam
kata-kata hinaan dari Kacak tiap hari mampir di telinga Midun. Namun semua
perlakuan itu Midun terima dengan penuh kepasrahan.
Walaupun Midun telah mendapat hukuman dari
Mamaknya itu, namun Kacak rupanya belum puas juga. Dia belum puas sebab Midun
masih dengan bebas berkeliaran di kampung utu. Dia tidak rela dan ikhlas kalau
Midun masih berada di kampung itu. Kalau Midun masih berada di kampung mereka,
itu berarti masih menjadi semacam penghalang utama bagi Kacak untuk bisa
berbuat seenaknya di kampung itu. Untuk itulah dia hendak melenyapkan Midun
dari kampung mereka untuk selama-lamanya.
Untuk melaksanakan niatnya itu, Kacak membayar
beberapa orang pembunuh bayaran untuk melenyapkan Midun. Usaha untuk
melenyapkan Midun itu mereka laksanakan ketika di kampung itu diadakan suatu
perlombaan kuda. Sewaktu Midun dan Maun sedang membeli makanan di warung kopi
di pinggir gelanggang pacuan kuda itu, orang-orang sewaan Kacak itu menyerang
Midun dengan sebelah Midun pisau.
Tapi untung Midun berhasil mengelaknya. Namun
perkelahian antar
mereka tidak bisa dihindari. Maka terjadilah keributan di
dalam acar pacuan kuda itu. Perkelahian itu berhenti ketika polisi datang.
Midun dan Maun langsung ditangkap dan dibawa ke kantor polisi.
Setelah diperiksa, Maun dibebaskan. Sedangkan
Midun dinyatakan bersalah dan wajib mendekam dalam penjara. Mendengar kabar
itu, waduuh betapa senangnya hati Kacak. Dengan Midun masuk penjara, maka dia
bisa dengan bebas berbuat di kampung itu tanpa ada orang yang berani menjadi
penghalangnya.
Selama di penjara itu, Midun mengalami berbagai
siksaan. Dia di siksa oleh Para sipir penjara ataupun oleh Para tahanan yang
ada dalam penjara itu. Para tahanan itu baru tidak berani mengganggu Midun
ketika Midun suatu hari ber¬hasil mengalahkan si jago Para tahanan.
Karena yang paling dianggap jago oleh Para
tahanan itu kalah, mereka kemudian pada takut dengan Midun. Midun sejak itu
sangat dihormati oleh para tahanan lainnya. Midun menjadi sahabat mereka.
Suatu hari, ketika Midun sedang bertugas menyapu
jalan, Midun Melihat seorang wanita cantik sedang duduk duduk melamun di bawah
pohon kenari. Ketika gadis itu pergi, ternyata kalung yang dikenakan gadis itu
tertinggal di bawah pohon itu. Kalung itu kemudian dikembalikan oleh Midun ke
rumah si gadis. Betapa senang hati gadis itu. Gadis itu sampai jatuh hati sama
Midun. Midun juga temyata jatuh hati juga sama si gadis. Nama gadis itu adalah
Halimah.
Setelah pertemuan itu, mereka berdua saling
bertemu dekat jalan dulu itu. Mereka saling cerita pengalaman hidup, Halimah
bercerita bahwa dia tinggal dengan seorang ayah tiri. Dia merasa tidak bebas
tinggal dengan ayah tirinya. Dia hendak pergi dari rumah. Dia sangat
mengharapkan suatu saat dia bisa tinggal dengan ayahnya yang waktu itu tinggal
di Bogor.
Keluar dari penjara, Midun membawa lari Halimah
dari rumah ayah tirinya itu. Usaha Midun itu dibantu oleh Pak Karto seorang
sipir penjara yang baik hati. Midun membawa Halimah ke Bogor ke rumah orang tua
Halimah.
Ayah Halimah orangnya baik. Dia sangat senang
kalau Midun bersedia
tinggal bersama mereka. Kurang lebih dua bulan Midun bersama
ayah Halimah. Midun merasa tidak enak selama tinggal dengan keluarga Halimah
itu hanya tinggal makan minum saja. Dia mulai hendak mencari penghasilan. Dia
kemudian pergi ke Jakarta mencari kerja. Dalam Perjalanan ke Jakarta. Midun
berkenalan dengan saudagar kaya keturunan arab. Nama saudagar ini sebenarnya
seorang rentenir. Dengan tanpa pikiran yang jelek-jelek, Midun mau menerima
uang pinjaman Syehk itu.
Sesuai dengan saran Syehk itu, Midun membuka
usaha dagang di Jakarta. Usaha Midun makin lama makin besar.
Usahanya maju pesat. Melihat kemajuan usaha
dagang yang dijalani
Midun, rupanya membuat Syehk Abdullah Al-Hadramut iri hati.
Dia menagih hutangnya Midun dengan jumlah yang jauh sekali dari jumlah pinjaman
Midun. Tentu saja Midun tidak bersedia membayarnya dengan jumlah yang berlipat
lipat itu. Setelah gagal mendesak Midun dengan cara demikian, rupanya Syehk
menagih dengan cara lain. Dia bersedia uangnya tidak di¬bayar atau dianggap
lunas, asal Midun bersedia menyerahkan Halimah untuk dia jadikan sebagai
istrinya. Jelas tawaran itu membuat Midun marah besar pada Syehk . Halimah juga
sangat marah pada Syehk.
Karena gagal lagi akhirnya Syehk mengajukan
Midun ke meja hijau. Midun diadili dengan tuntutan hutang. Dalam persidangan
itu Midun dinyatakan bersalah oleh pihak pengadilan. Midun masuk penjara lagi.
Di hari Midun bebas itu, Midun jalan jalan dulu
ke Pasar Baru. Sampai di pasar itu, tiba tiba Midun melihat suatu keributan.
Ada seorang pribumi sedang mengamuk menyerang seorang Sinyo Belanda. Tanpa
pikir panjang Midun yang suka menolong_orang itu, langsung menyelamatkan Si
Sinyo Belanda.itu. Sinyo Belanda itu sangat berterima kasih pada Midun yang telah
menyelamatkan nyawanya itu.
Oleh Sinyo Belanda itu, Midun kemudian
diperkenalkan kepada orang tua Sinyo itu. Orang tua Sinyo Belanda itu ternyata
seorang Kepala Komisaris, yang dikenal sebagai Tuan Hoofdcommissaris. Sebagai
ucapan terima kasihnya pada Midun yang telah menyelamatkan anaknya itu, Midun
langsung diberinya pekerjaan. Pekerjaan Midun sebagai seorang juru Tulis.
Setelah mendapat pekerjaan itu, Midun pun
melamar Halimah. Dan mereka pun menikah di Bogor di rumah orang tua Halimah.
Prestasi kerja Midun begitu baik di mata
pimpinannya. Midun kemudian diangkat menjadi Kepala Mantri Polisi di Tanjung
Priok. Dia langsung ditu¬gaskan menumpas para penyeludup di Medan. Selama di
Medan itu, Midun, bertemu dengan adiknya, yaitu Manjau. Manjau bercerita banyak
tentang kampung halamannya. Midun begitu sedih rnendengar kabar keluarganya di
kampung yang hidup menderita. Oleh karena itu ketika dia pulang ke Jakarta,
Midun langsung minta ditugaskan di Kampung
halamannya. Permintaan Midun itu dipenuhi oleh pimpinannya.
Kepulangan Midun ke kampung halamannya itu
membuat Kacak sangat gelisah. Kacak waktu itu sudah menjadi penghulu di kampung
rnereka. Kacak menjadi gelisah sebab dia takut perbuatannya yang telah
menggelap¬kan kas negara itu akan terbongkar. Dan dia yakin Midun akan berhasil
rnembongkar perbuatan jeleknya itu. Tidak, lama kemudian, memang Kacak
ditangkap. Dia terbukti telah menggelapkan uang kas negara yang ada di desa
mereka. Akibatnya Kacak masuk penjara atas perbuatannva itu.
Sedangkan Midun hidup berbahagia bersama istri
dan seluruh keluarga¬nya di kampung.
II.2 Sinopsis Novel Masa Kini
Kisah
berawal dari seorang mahasiswa bernama Fahri bin Abdullah Shiddiq. Ia adalah
seorang mahasiswa Universitas Al-azhar, Mesir.
Di Mesir
Fahri tinggal bersama dengan keempat temannya yang juga berasal dari Indonesia.
Mereka tinggal di apartemen sederhana. Mereka mempunyai tetangga yang sangat
baik dan akrab dengan mereka, yaitu keluarga Tuan Boutros. Tuan Boutros
mempunyai istri bernama Madame Nahed, dan dua orang anak mereka Maria dan
Yousef. Keluaraga Tuan Boutros adalah keluarga Kristen Koptik yang sangat taat.
Putri sulung mereka yang bernama Maria, ia gadis yang unik. Ia seorang Kristen
Koptik, namun ia suka pada Al-Quran. Ia bahkan hafal beberapa ayat Al-Quran,
diantarnnya adalah surat Maryam. Sebuah surat yang membuat dirinya merasa
bangga.
Pertemuan
berawal ketika Fahri pergi ke Shubra El-Kaima untuk talaqqi pada Syaikh Utsman
Abdul Fattah. Ia pergi kesana naik metro, dan disitulah awal Fahri
bertemu dengan perempuan bercadar yang bernama Aisha. Aisha bukanlah orang
Mesir, melainkan gadis asal Jerman yang sedang studi di Mesir.
Selain
mempunyai tetangga yang baik, Fahri juga mempunyai tetangga yang sangat galak
dan kasar. Kepala keluarga itu bernama Bahadur. Bahadur mempunyai istri bernama
madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur selalu bersikap kasar dengan
Noura. Malam itu Fahri ingin menolong Noura yang sedang jadi bulan-bulanan oleh
Bahadur, tapi Fahri tidak bisa menolongnya, lalu dia meminta bantuan Maria,
akhirnya Maria mau menolong Noura. Fahri berempati penuh dengan Noura dan ingi
menolongnya. Sayang hanya empati saja, tidak lebih.
Maria
tetangga satu flat yang beragama Kristen Koptik tapi mengagumi Al-Quran, dan
mengagumi Fahri. Kekaguman yang berubah menjadi cinta. Sayang cinta Maria hanya
tercurah dalam diary saja.
Nurul
adalah anak seorang Kyai terkenal yang juga mencari ilmu di Al-Azhar.
Sebenarnya Fahri menaruh hati pada gadis itu. Sayang rasa mindernya yang hanya
anak keturunan petani membuatnya tidak pernah mengungkapkan perasaanya pada
Nurul. Padahal Nurul juga menaruh hati pada Fahri, tapi Nurul juga tidak
sanggup mengungkapkan perasaanya kepada Fahri.
Muncullah
Aisah, si mata Indah yang menyihir Fahri sejak sebuah kejadian di metro, saat
Fahri membela Islam dari tuduhan kolot dan kaku. Aisah jatuh cinta pada Fahri,
dan juga Fahri juga tidak bisa membohongi hatinya.
Mereka
berdua menikah, dijodohkan oleh pamannya Aisha. Mereka hidup bahagia. Beberapa
bulan kemudian Aisha dinyatakan mengandung. Tak lama kemudian, Fahri dapat
kabar kalau Maria koma. Belum sempat menjenguk Maria, malapetaka datang
menghampiri rumah tangga mereka. Noura menuduh Fahri telah memperkosanya. Semua
orang tahu bahwa itu adalah fitnah. Fahri diseret, dan dimasukkan ke penjara.
Kuncinya semua ini adalah Maria yang sedang koma. Dia mengetahui bagaimana
kejadian yang sebenarnya.
Keluarga
Boutros mendatangi Fahri di penjara, mereka berniat mengunjungi Fahri dan juga
ingin meminta bantuan kepada Fahri untuk menyadarkan Maria dari komanya, dengan
menrekam suara Fahri dan nantinya akan didengarkan ke Maria. Kata dokter hanya
orang yang dicintai Maria yang dapat menyembuhkannya. Tak kunjung sadar juga,
akhirnya dokter dan madame Nahed mneyuruh Fahri untuk menyatakan cintanya
kepada Maria. Sebelumnya Fahri tidak mau melakukan itu, lalu Fahri meminta izin
kepada Aisha, akhirnya Aisah menyetujuinya. Setelah itu, Fahri langsung
menikahi Maria. Setelah beberapa saat kemudian, Maria sadar.
Sidang penentuan tiba, diakhir
persidangan Maria tiba. Dia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada malam
itu. Setelah mengatakan itu semua, Maria pingsan dan langsung dilarikan ke
rumah sakit. Fahri memenangkan sidang tersebut, dan Bahadur dimasukkan penjara.
Begitu
divonis bebas, Fahri dibawa oleh Aisha ke rumah sakit yang sama dengan Maria
untuk diperiksa. Sejak selesai dari persidangan itu, Maria belum sadarkan diri
juga. Beberapa saat kemudian, Aisha mendengar Maria mengigau kalau dia ingin
masuk surga, tapi tidak diperbolehkan. Lalu ia terbangun dan menceritakan itu
semua pada Aisha dan juga Fahri. Fahri tau apa yang dimaksudkan oleh Maria,
lalu ia membopong Maria ke kamar mandi dan Aisha membantu untuk mewudhui Maria.
Selesai itu Maria kembali dibaringkan di atas kasur seprti semula. Lalu dengan
suara lirih yang keluar dari relung jiwa ia melafalkan syahadad. Tak lama
kemudian, kedua matanya tertutup rapat dan akhirnya Maria meninggal dunia.
II.3 Perbandingan Unsur Intrinsik
antara Novel Klasik dan Novel Masa Kini
Di sini hal hal
yang akan diperbandingkan adalah aspek unsur intrinsik diantara kedua novel
yaitu novel Sengsara Membawa Nikmat dan novel Ayat Ayat Cinta.
Unsur intrinsik yang diperbandingkan antara lain
temaa,tokoh,watak,alur,setting,sudut pandang, dan amanat.
No
|
Aspek yang
dibandingkan
|
Novel
KLasik
|
Novel Masa
Kini
|
II.3.1
|
Tema
|
Kesabaran seseorang dalam menerima penderitaan
|
Cinta dan kehidupan sosial mahasiswa Al – Azhar dan pendidikan
dakwah,yaitu perjuangan Fahri dalam menuntut ilmu di Kairo, Mesir.
|
II.3.2
|
Tokoh/Karakter
|
Tokoh
Utama
1. Midun adalah
seorang pemuda berbudi, sopan, taat pada agama, serta penyabar.
2. Kacak
adalah seorang pemuda yang mempunyai sifat dan tingkah laku kurang baik. Dia
angkuh, kasar, serta suka berpoya-poya.
3. Maun
adalah seorang pemuda berbudi, sopan, serta taat kepada ajaran agama. Dia
sahabat kental Midun.
4. Halimah
adalah seorang gadis yatim. Dia tinggal dengan ayah tirinya yang kaya raya.
Dia termasuk perempuan berbudi dan taat pada agama.
5. Manjau
adalah pemuda baik-baik, adik kandung Midun.
Tokoh
Pendukung
1. Pak Karto adalah seorang sipir penjara tempat Midun sewaktu
dipenjara di Jakarta. Dia mempunyai hati yang baik.
2. Tuan Hoofdcommissaris adalah seorang kompeni dengan jabatan
sebagai Kepala Komisaris. Dia mempunyai hati yang baik.
3. Syekh Abdullah Al-Hadramut adalah saudagar kaya keturunan Arab.
Hatinya kurang baik. Dia terkenal sebagai seorang rentenir.
4. Haji Abbas adalah seorang penghulu dan guru ngaji serta guru
silat.
5. Tuanku Laras adalah seorang Kepala Kampung yang sangat kaya. Dia
sangat ditakuti dan disegani dikampungnya.
|
Tokoh
Utama
Fahri :
-Peduli: “aku
merasa Noura seperti adik kandungku sendiri....Tapi aku merasakan apa yang
Noura rasakan”(hal.136).
Maria :
-Kritis : “ ‘Fahri,
aku geli sekali mendengar perkataan doktor Sorbonne itu. Dia orang Arab, juga
muslim. Tapi bagaimana bisa mengatakan hal yang stupid begitu.aku saja yang
koptik bisa merasakan betapa indahnya al-quran dengan alif laam miim (hal.26).
Tokoh
Pendukung
Aisha :
-
penurut : “ ‘Aisha, temani Maria dan ceritakan padanya semua yang sedang aku
alami...’
“ insya
Allah, aku akan melakukan tugasku dengan baik....” (hal.382).
Noura :
-
penakut : “ ‘...mereka menanyakan padaku siapa yang telah menghamiliku.aku
tak mau berterus terang bahwa Bahadur yang menghamiliku dengan
memperkosaku....’
‘ akhirnya
aku berbohong pada mereka yang menghamiliku adalah Fahri. Sebab aku sangat
mencintai Fahri dengan harapan Fadri nanti mau menikahiku...’ “
Tuan Boutros :
-kalem
: “tuan Boutros menggurutu giginya....tapi mukanya tetap tenang memendang
ke depan...”(hal.125).
Madame Nahed :
-penyayang
:” ‘tolonglah, aku tak mau kehilangan Maria’ “(hal.366).
|
II.3.3
|
Alur
|
Maju
|
|
|
Latar
|
a) Latar tempat
a.
Padang (Minangkabau)
b. Bogor
c. Jakarta
b) Latar waktu
c) Latar suasana
|
1) Latar tempat
a. Mesir Kairo Al-azhar
“Tengah hari ini, kota Kairo seakan membara.”
b. Flat
“Memang,
istirahat di dalam flat sambil menghidupkan pendingin ruangan jauh lebih
nyaman daripada berjalan ke luar rumah,”
c. Masjid
“DelapanTiga puluh meter di depan adalah Masjid
Al-Fath Al-Islami”
d. Rumah sakit
“Menjelang
maghrib Dokter Ramzi Shakir memberi tahu setelah melihat hasil foto CT scan
kepalaku”
e.San Stefano, Alexandria
“Selesai
pelatihan kami mempersiapkan segala sesuatu untuk pergi ke Alexandria.”
f.Penjara
“Aku
dibawa ke markas polisi Abbasca. Diseret sperti anjing kurap.”
2) Latar
Waktu
a. Siang hari
“Tengah hari ini, kota Cairo seakan membara.
Matahari berpijar ditengah petala langit”
3) Latar Suasana
a. Menyedihkan
“Aku tak kuasa menahan derasnya lelehan airmata.
Aisha juga. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun”
b.Menyenangkan
“Tepat saat adzan ashar berkumandang mereka sampai
di masjid tempat akad nikah akan dilangsungkan.”
c.Menegangkan
“Persidangan kedua sangat
menegangkan. Tuan Boutros hadir memberikan kesaksiannya.”
|
II.3.4
|
Amanat
|
-
Bersabarlah dalam menjalani kehidupan karena tak ada kehidupan yang tanpa
ujian atau cobaan, dan percayalah bahwa dibalik cobaan dan ujian yang datang
pasti ada hikmah yang tersembunyi.
- Pandai-pandailah mengemudikan hawa nafsu.
Hawa nafsu tak ada batasnya dan hawa nafsu ini kerap kali menjerumuskan orang
pada lembah kesengsaraan.
|
dalam merencanakan sesuatu pasti akan ada halangan dan rintangan yang
menghadang, tujuan yang hendak dicapai didepan mata belum tentu akan berjalan
dengan mulus. Semakin banyak ilmu atau pengetahuan yang di terima atau
di dapat, maka semakin banyak pula hambatan dan godaan yang harus dilewati
dan dipecahkan. Dengan hati yang sabar dan ikhlas kita hatus yakin
akan bahwa pasti ada hikmah di balik itu semua.
|
II.3.5
|
Sudut
Pandang
|
Dalam tipe
ini tentunya pengarang akan bertindak serba tahu. Pengarang mengetahui serba
watak, keadaan, sifat hidup, dan sebagainya darai semua yang ada. Dari tingkah
laku yang amat pribadi sampai kepada hal-hal yang jelas kelihatan dari setiap
tokoh. Dari pikiran yang terselubung sampai kepada aktivitas konkret dapat
diamati. Pendek kata, pengarang benar-benar berperan sebagai seorang dalang
yang menciptakan bahkan menentukan segala yang ada. Pengarang tidak hanya
tahu ciri-ciri lahir maupun isi hati semua tokoh dalam cerita yang
dikarangnya, tetapi juga tahu tentang nasib yang akan dialami tokoh-tokoh
itu.
|
sudut pandang yang digunakan pengarang adalah sudut pandang orang
pertama.hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara pengisahannya yang
menggunakan kata “ aku”dalam novel tersebut.
|
II.4 Perbandingan Unsur
Ekstrinsik antara Novel Klasik dan Novel Masa Kini
Unsur
ekstrinsik yang diperbandingkan antara lain segi bahasa, adat istiadat,
ekonomi, dan segi agama.
No
|
Aspek yang
dibandingkan
|
Novel
Klasik
|
Novel Masa
Kini
|
II.4.1
|
Bahasa
|
bahasa
melayu yang tidak lain yakni bahasa yang digunakan oleh masyarakat
Minangkabau.
|
Bahasa Indonesia.
Bahasanya sederhana, runut dan mudah dimengerti
|
II.4.2
|
Adat
Istiadat
|
Adat masyarakat Minangkabau
|
latar budaya Mesir.
|
II.4.3
|
Ekonomi
|
Ekonomi menengah kebawah
|
Ekonomi menengah
|
II.4.4
|
Agama
|
Mayoritas Islami
|
Islam
|
Bab III. Penutup
Berdasarkan
hasil perbandingan antara kedua novel Sengsara Membawa Nikmat dan Ayat Ayat
Cinta, dapat disimpulkan bahwa novel Ayat Ayat Cinta memiliki tampilan buku
yang lebih menarik dibandingkan dengan novel Sengsara Membawa Nikmat. Karena
novel tersebut mengalami perkembangan dalam cetakannya dari waktu ke waktu.
Disamping itu jumlah tokoh, latar yang ditampilkan beragam serta alur cerita
nya pun jelas dibandingkan dengan novel Sengsara Membawa Nikmat.
III.1 SARAN
Saran
bagi para pembaca, untuk membaca novel klasik diperlukan waktu yang lama dan
harus dibaca berulang ulang agar bisa memahami isi ceritanya karena bahasa
cerita yang di gunakan masih banyak menggunakan bahasa melayu , dibandingkan
novel masa kini.